Kunci Keberhasilan Nehemia

  • Post category:Renungan
  • Post published:January 13, 2021
You are currently viewing Kunci Keberhasilan Nehemia
Pembacaan Alkitab Nehemia 1:11

Nehemia adalah seorang Israel yang lahir di negara asing, tetapi dia dapat menjadi berhasil di negara asing. Dia menjabat juru minum raja, yang merupakan suatu jabatan yang tinggi pada waktu itu. Dia adalah seorang kepercayaan raja yang selalu berada dekat raja. Nehemia berhasil membangun kembali tembok Israel yang telah runtuh selama kurang lebih 150 tahun hanya dalam waktu 52 hari saja (Nehemia 6: 15). Salah satu kunci keberhasilan Nehemia dalam hal ini adalah sikap dan doanya. Maka dari itu kita akan belajar 3 sikap dalam berdoa dari Nehemia.

1.  Memiliki beban

            Nehemia mempunyai beban yang besar terhadap bangsa Israel, di pasal 1 ayat 4 terlihat betapa sedihnya Nehemia ketika mendengar berita tentang keadaan tembok Israel. Dengan hati yang penuh beban Nehemia berdoa dan berpuasa untuk masalah ini. Doa yang dinaikkan dengan penuh keterbebanannya. Namun yang luar biasanya adalah Nehemia bukanlah orang yang mau bersenang-senang di atas penderitaan bangsanya. Ketika Nehemia mendengar bahwa tembok Yerusalem runtuh, dan orang Israel berada dalam kesukaran besar kerena pada zaman itu tembok adalah hal yang sangat penting yang bersifat membuat suatu pertahanan kalau sampai runtuh, berarti bangsa itu lebih gampang diserang oleh musuh, apalagi bangsa Yehuda ditaklukkan oleh kerajaan Persia, berarti sungguh sangat amat menyedihkan , maka Nehemia, menggumuli semua itu di dalam doa. Dikatakan dalam ayat 4 “Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit,” (Nehemia 1:4). Ungkapan ini menunjukkan bahwa Nehemia sangat terbeban dengan nasib bangsanya di Yerusalem. Sesungguhnya kesusahan bangsanya, adalah kesusahan Nehemia. Sekalipun Nehemia hidupnya enak, Nehemia tidak bisa tenang, selama bangsanya sendiri menderita. Disinilah doa Nehemia itu dimulai. Sebuah doa yang di dasarkan oleh beban yang sangat dalam. Nehemia tidak sekedar berdoa dengan bibirnya, tetapi Nehemia berdoa dengan hati sangat terbeban. Nehemia berkata di ayat 6: “berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa hamba-Mu yang sekarang kupanjatkan ke hadirat-Mu siang dan malam bagi orang Israel, hamba-hamba-Mu itu,” (Nehemia 1:6). Istilah siang dan malam menunjukkan kesungguhan hati Nehemia dalam berdoa.

            Nehemia memiliki beban besar, ia sadar bahwa ada sesuatu yang harus dilakukan. Kerohanian bangsanya sedang berada dalam masa krisis. Secara fisikpun Yehuda sedang dalam kondisi politik, sosial, ekonomi yang kritis.  Itu sebabnya ia berkabung, berpuasa dan berdoa. Namun, memiliki beban saja rupanya belum cukup, Nehemia harus bertekun selama 4 bulan hingga waktunya Tuhan. Tuhan sering bekerja dengan cara ini, membiarkan umat-Nya menunggu beberapa waktu. Menunggu adalah pergumulan besar bagi banyak orang. Namun menunggu waktu Tuhan melatih manusia untuk bertekun, dan inilah yang dilakukan Nehemia. Hanya relasi yang intim dengan Tuhan yang memungkinkan kita dapat bertekun di dalam doa. Kita diingatkan untuk mempunyai beban dalam kegiatan yang kita lakukan, jikalau kita melakukannya dengn beban, dengan sungguh-sungguh khususnya berdoa maka akan berdampak terhadap kehidupan spiritual kita.

2. Memiliki Kerendahan Hati

            Nehemia berdoa dengan kerendahan hatiannya. Ayat 6a “berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa” Nehemia sedang meminta Allah membuka telinga untuk mendengar doanya. Tetapi menariknya adalah Nehemia mengaku dosa, artinya dia memohon dengan dengan mengakui segala dosanya bahkan tidak cukup mengakui segala dosa yang ia lakukan melainkan juga kaum keluarga bahkan bangsa Israel. Oleh karena itu kita harus berdoa dengan rendah hati, bukan karena kita bisa berdoa baik, bahasanya bagus tetapi jikalau kita berdoa tidak dengan kerendahan hati maka percuma kita berdoa. Nehemia dalam berdoa tidak hanya mempunyai beban dan kerendahan hati yang ia milliki melainkan ada satu hal lagi yang jangan dilupakan yaitu Melakukan Isi Doa kita artinya kita harus berusaha.

3.  Bertindak

            Peristiwa yang terjadi sekitar tahun 445 sebelum Masehi ini berkisah tentang kembalinya orang Israel yang ditawan di Babel dan Persia. Kitab Nehemia sebenarnya tidak bisa dipisahkan dengan kitab Ezra. Ezra yang kembali dari pembuangan ke Yerusalem lebih dahulu dari Nehemia berfokus pada pembangunan kembali bait Allah. Sedangkan Nehemia membangun tembok Yerusalem yang sudah roboh. Nehemia yang pada saat itu sudah menjadi orang kepercayaan raja Artahsasta, sebenarnya bisa memilih untuk tetap berada di zona nyaman, menikmati kedudukannya di istana raja dan tidak berbuat apa-apa untuk kampung halamannya Yerusalem.

Tapi Nehemia bukan tipe pemimpin yang puas berada di zona nyaman dan tidak berbuat apa-apa melihat nasib saudara-saudara sebangsanya.

            Doa Nehemia adalah menyerahkan keadaaan bangsanya yang menderita kepada Tuhan, bahkan ia memohon Tuhan untuk mendengar doanya supaya Tuhan mengabulkan doa yang dipanjatkannya. Menariknya adalah Nehemia tidak berhenti dalam doa ini saja melainkan dia berbuat sesuatu atas doanya yaitu dia membangun kembali tembok yang runtuh itu. Tetapi sering kali dalam kehidupan orang percaya terlalu ekstrem kepada kuasa Tuhan. Sehingga saking terlalu percaya sehingga tidak menyadari bahwa Tuhan memakai orang lain untuk menolong kita dan mengabulkan doa yang kita panjatkan.

            Suatu hari, seorang anak kecil Hattie May Wiatt yang  berpenampilan lusuh datang ke sekolah minggu di dekat tempat tinggalnya. Dia sedih dan menangis ketika dia ditolak dengan alasan tidak cukup ruangan baginya. Kebingungan dengan kondisi yang ada, Hattie menangis di depan gereja. Pdt. Russell H. Conwell yang kebetulan lewat menanyakan mengapa ia menangis. “Saya tidak dapat ke Sekolah Minggu” jawab Hattie. Melihat penampilan Hattie sang pendeta segera mengerti dan bisa menduga sebabnya ia tidak disambut masuk ke Sekolah Minggu. Segera dituntunnya Hattie masuk ke ruangan Sekolah Minggu dan ia mencarikan tempat duduk yang masih kosong untuk Hattie. Si kecil Hattie ternyata berumur pendek, dua tahun kemudian Hattie meninggal. Setelah pemakamannya ibunya menyerahkan sebuah dompet yang sangat jelek dan lusuh kepada pendeta yang isinya adalah 57 cent dan sebuah catatan yang berbunyi, “Uang ini untuk membantu pembangunan gereja kecil agar gereja tersebut bisa diperluas sehingga lebih banyak anak bisa menghadiri Sekolah Minggu.” Rupanya sejak peristiwa itu Hattie menabung untuk pembangunan gereja. Sang pendeta menyaksikan kisah ini kepada sebanyak mungkin orang dan terkumpullah dana $ 250.000. Berawal dari 57 sen itu, kini di Philadelphia telah berdiri Gereja Baptist,  sebuah gereja dengan kapasitas duduk untuk 3300 orang, sebuah Universitas  tempat ribuan mahasiswa belajar, Good Samaritan Hospital dan sebuah bangunan khusus untuk Sekolah Minggu dengan ratusan pengajar, semuanya itu untuk memastikan agar jangan sampai ada satu anak pun yang tidak mendapat tempat di Sekolah Minggu.

            Di tahun yang baru ini, kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dalam hidup kita. Tetapi. Marilah kita menjadi pribadi yang tetap berhubungan erat dengan Tuhan melalui doa. Mari kita naikkan doa yang terbaik, doa yang berkenan dihadapan Tuhan bukan doa yang hanya berisikan kata-kata yang indah melainkan doa dengan penuh beban, memiliki kerendahan hati dan yang terakhir adalah melakukan apa yang telah kita doakan atau bertindak. Maka percayalah bahwa kita akan melewati hari-hari hidup yang dianugerahkan bagi kita dengan tetap berada dalam kebenaran Allah.

Leave a Reply