Melayani Tuhan: Tuhan Pasti Menyertai

  • Post category:Renungan
  • Post published:January 16, 2021
You are currently viewing Melayani Tuhan: Tuhan Pasti Menyertai
Pembacaan Alkitab Keluaran 3:13,14

Kesempatan untuk melayani Allah tidak selalu dianggap sebagai kesempatan emas. Banyak orang yang berusaha untuk menolak kesempatan itu, dengan berbagai macam alasan. Musa pun melakukan hal yang sama, ketika ia menerima panggilan Tuhan. Dengan menyadari bahwa ia tidak akan mampu melakukan pekerjaan itu jika melihat keberadaan hidupnya yang hanya sebagai seorang gembala domba, Ia meragukan Allah yang akan menyertai pekerjaan dan pelayanannya. Setelah Allah menyakininya akan pekerjaannya, kembali Musa merasa bahwa Israel tidak akan menerima Musa begitu saja. Musa mengalami kebimbangan tentang apa yang harus ia katakan kepada bangsa Israel dan atas siapa ia berbicara.

            Musa diutus untuk merubah kondisi dan nasib bangsa Israel. Misi itu secara manusiawi sangat mustahil diwujudkan. Untuk meyakinkan Israel bahwa misi ini harus diperjuangkan, Musa memerlukan ketegasan bahwa otoritas Allahlah sumbernya. Menyelamatkan Israel dari perbudakan dan pemusnahan yang dicanangkan Firaun memerlukan kuasa yang mampu menghancurkan kuasa dewa-dewi yang diandalkan orang Mesir.

            Setiap pemimpin paling tidak memiliki tiga kebutuhan. Pertama, kebutuhan otoritas untuk mempengaruhi orang yang dipimpinnya. Kedua, seorang pemimpin rohani harus memiliki misi yang berasal dari Tuhan. Ketiga, pemimpin perlu kekuatan untuk mengatasi berbagai rintangan. Musa menyadari betul bahwa ia yang dipilih Allah untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir maka ia harus punya ketiga hal tadi. Musa, pada masa empat puluh tahun sebelumnya, menyadari benar bahwa ia adalah seorang Ibrani sekaligus pangeran Mesir, yang merupakan alat pilihan Allah untuk membebaskan Israel. Namun setelah masa empat puluh tahun menggembalakan kambing domba di padang gurun di wilayah Midian, Musa tidak lagi memiliki rasa percaya diri untuk berbicara dihadapan bangsa Isreal, apalagi memiliki otoritas.

            Mengapa Musa menolak panggilan Allah untuk menolong umat Israel yang sedang menderita perbudakan di Mesir? Bukankah hati Allah yang peduli kepada penderitaan umat-Nya sudah diungkapkan dengan jelas? Musa menolak panggilan ini karena dulu ia pernah ditolak oleh bangsanya sendiri (Kel. 2:14). Bukankah ia seorang buron dari Firaun (Kel. 2:15)? Musa tidak merasa yakin bahwa orang Israel bersedia menerima dia sebagai seorang utusan Allah. Ia merasa belum mantap akan nama Tuhan yang mengutusnya.

            Tuhan dengan sabar meladeni penolakan Musa dan menjawab satu persatu alasannya. Ia menjanjikan penyertaan (ayat 12) dengan bukti bahwa suatu hari orang Israel akan beribadah di gunung Horeb, di mana Musa sekarang berada. Ia memperkenalkan diri-Nya sebagai “Aku adalah Aku” (ayat 14). TUHAN memperkenalkan nama-Nya: “Aku adalah Aku.” Nama itu unik karena merupakan kata kerja “ada” yang dikaitkan dengan ungkapan lain yaitu Yahweh adalah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Kedua ungkapan tersebut merupakan penegasan bahwa segala sesuatu bergantung penuh kepada-Nya. Ia satu-satunya Allah sejati yang berdaulat dan berkuasa penuh mengendalikan perjalanan sejarah. Dialah Allah yang mengikat perjanjian dengan Abraham dan sekarang sedang menggenapinya melalui Musa. “Aku yang adalah Aku ini” tidak dapat dielakkan baik oleh Musa, umat Israel, juga Firaun.

            Artinya Tuhan adalah Allah yang kekal dan tidak pernah berubah, baik kemarin, sekarang, maupun selama-lamanya. Dengan nama ini, Musa diberi otoritas untuk menyampaikan rencana pembebasan Allah atas umat-Nya kepada tua-tua Israel (ayat 16-17) dan kepada Firaun (ayat 18). Tuhan juga memperlengkapi Musa dengan tanda-tanda yang jelas untuk memaksa Firaun yang keras kepala itu untuk melepaskan umat Israel (ayat 20). Bahkan mereka akan mengalami kemurahan Tuhan lewat bangsa Mesir (ayat 21-22).

            Jawaban Musa yang berkata “Siapa yang mengutus aku”, atau siapa yang mendukung aku, siapa yang menjadi backing-ku. Ini adalah kecenderungan setiap orang yang sering diperlihatkan ketika menghadapi tugas, panggilan, dan masalah. Yang sering muncul dipikirannya pertama kali adalah siapa saja yang akan mendukungku. Bagi kita dukungan itu bisa berupa dukungan moral dan finansial dari orang-orang di sekitar kita. Mungkin ada dukungan politik dari keluarga besar yang memiliki jabatan atau status tertentu. Mungkin ada harapan untuk mendapatkan dukungan dari suku tertentu. Yang pasti, jika kita tahu ada orang yang mendukung, maka kepercayaan diri pun meningkat. Namun jika kita tidak memiliki pendukung, kita pun akan merasa minder dan cenderung merasa gagal. Inilah yang disebut berpusat pada dukungan manusia.

            Apa yang menjadi kendala kita untuk menerima panggilan Tuhan? Apakah kegagalan masa lalu? Pengalaman ditolak yang memalukan? Ingat, Tuhan tidak menuntut catatan masa lalu yang tidak bercacat. Yang Ia minta adalah penyerahan diri kita total kepada-Nya. Dia siap menyertai kita dan memperlengkapi kita dengan segala yang diperlukan untuk setiap tugas yang Tuhan percayakan kepada kita. Ia menuntut kesediaan kita untuk taat kepada-Nya. Kiranya ini dapat membangkitkan semangat kita ketika ada kesempatan untuk melayani Tuhan. Ingatlah bahwa Tuhan sendiri yang akan menolong kita sehingga kita dimampukan untuk menyatakan kemuliaan-Nya.

Leave a Reply