Terjebak Rutinitas

  • Post category:Renungan
  • Post published:October 20, 2020
You are currently viewing Terjebak Rutinitas
Pembacaan Alkitab Lukas 5:33-35

Esensi dari berpuasa adalah merendahkan diri dihadapan Allah dan menjalani hidup dalam ketaatan terhadap kehendak Allah. Tuhan menghendaki umatNya bersekutu denganNYa dan melakukan apa yang diinginkanNya. Itulah sebabnya dalam segala hal yang dilakukan oleh umat Allah harus mengarah pada tujuan untuk memuliakan Tuhan. Kehidupan orang percaya bukanlah satu bentuk kehidupan yang kaku dan tidak dinamis. Demikanpun dalam hal berpuasa, Tuhan menghendaki agar kegiatan tersebut tidak menjadi satu bentuk rutinitas tanpa arti sebab dilakukan hanya untuk memenuhi tuntutan agama semata-mata.

Sekilas tidak ada yang keliru dengan perkataan orang farisi kepada Tuhan Yesus tentang sikap dan kebiasaan murid-murid Tuhan Yesus yang tidak berpuasa seperti murid-murid Yohanes dan mereka orang farisi. Perkataan mereka menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang terbiasa dengan berpuasa dan sembahyang. Bukankah kebiasaan ini merupakan sebuah hal yang baik? Namun mengapa, sepertinya Tuhan Yesus tidak sejalan. Apakah Tuhan Yesus hendak menunjukkan bahwa berpuasa dan sembahyang itu tidak penting? Tentu bukan hal itu yang Tuhan Yesus maksudkan. Tuhan Yesus tidak mengatakan bahwa Puasa dan sembahyang itu tidak penting. Sebab pada kenyataannya Tuhan Yesus menunjukkan bagaimana ia berpuasa dan melakukan kewajiban agama Yahudi.

Kebiasaan para murid Tuhan Yesus tentu saja sangat mengejutkan dan mengherankan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Sebab dalam praktek agamawi mereka, berpuasa merupakan sesuatu yang wajib dan tidak boleh diabaikan. Mereka telah mengatur kegiatan ibadah mereka. Mereka berpuasa senin dan kamis dan seringkali mereka menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka sedang berpuasa. Semua ini dilakukan oleh ahli-ahli taurat untuk menunjukkan bagaimana tekunnya mereka melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan mereka. Namun apakah semua itu adalah sesuatu hal yang menyentuh hati Tuhan?

Tuhan Yesus jelas sekali menolak kegiatan-kegiatan agama yang hanya berisikan aturan-aturan kosong. Dalam perikop ini Tuhan Yesus memakai gambaran kebiasaan orang-orang di zaman itu. Yakni apabila ada sepasang anak muda menikah, mereka tidak pergi berbulan madu; mereka tinggal di rumah dan selama satu minggu rumah mereka terbuka untuk siapa saja, mereka memaki pakaian yang indah dan selama seminggu mereka diperlakukan seperti raja dan ratu dalam rumah mereka. Satu minggu yang penuh kebahagiaan sebab setelahnya mereka akan menghadapi hari-hari kehidupan yang keras dalam rumah tangga mereka. Dengan gambaran ini Tuhan Yesus hendak menunjukkan apa yang keliru dari pemahaman orang-orang Farisi mengenai melakukan kewajiban agama di hadapan Tuhan.

Tuhan Yesus, tidak menyalahkan orang-orang Farisi tentang sikap mereka yang dengan tekun berpuasa. Tuhan Yesus memperbaiki kesalahpahaman mereka tentang hakekat dari berpuasa atau melakukan kegiatan-kegiatan agama. Kegiatan-kegiatan agama harus dilakukan dengan sukacita, bukan dengan terpaksa. Kehidupan umat Allah adalah satu kehidupan yang seharusnya dipenuhi oleh sukacita bukan dengan beban peraturan-peraturan yang menyiksa. Artinya, apabila hendak berpuasa. Berpuasalah dengan sukacita bukan hanya rutinitas yang menyiksa. Apabila hendak berdoa, berdoalah dengan sukacita, apabila hendak beribadah, beribadalah dengan sukacita. Jangan melakukan semua kegiatan-kegiatan agama dengan terpaksa. Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang penuh sukacita.

Tuhan menghendaki kita menjalani hidup ini dengan sukacita. Oleh sebab itu dalam hal kita melakukan kegiatan-kegiatan agama kita. Jangan terjebak pada rutinitas kosong. Jangan lakukan karena terpaksa atau terikat aturan-aturan yang membuat kita kehilangan damai sejahtera. Apa yang dapat kita harapkan dari persembahan dalam ibadah kita saat kita menghadap Allah tanpa ada sukacita. Bukankah akan menjadi sia-sia semua yang kita lakukan atas nama kegiatan agama manakala kita melakukannya dengan keterpaksaan dan disertai dengan sukacita. Amin

Leave a Reply